Tahun demi tahun sudah mulai bergulir. Apa Anda sudah punya kalender terbaru di rumah dan kantor Anda?
Jika Anda perhatikan, selain penanggalan Masehi yang menjadi penanggalan utama di kalender Indonesia, Anda akan menemukan pula penanggalain lain.
Pada dasarnya kalender yang merupakan daftar hari dan bulan dalam setahun, dihitung berdasarkan gerakan benda-benda angkasa.
Sebelum mencetak kalender untuk kebutuhan Anda, berikut 3 sistem penanggalan yang lazim (umum) digunakan dalam di Indonesia.
1. Kalender Masehi
Penanggalan ini didasarkan pada perhitungan revolusi bumi terhadap matahari. Kalender ini memiliki siklus yang bertemu setiap 400 tahun atau 146.097 hari sekali.
Satu tahunnya berjumlah 365 hari, 12 bulan dan setiap bilangan tahun yang habis dibagi 4 tahunnya betambah menjadi 366 hari dan disebut sebaga tahun kabisat.
Kalender Masehi disebut juga sebagai kalender Gregorian, karena disahkan oleh Paus Gregorius XIII pada 24 Februari 1582. Penanggalan ini merupakan modifikasi dari kalender Julian yang dinilai kurang akurat.
Hal ini diawali dengan pengoreksian daur tahun kabisat dan pengurangan 10 hari dari kalender Julian. Sehingga pada tanggal 4 Oktober 1582 Julian, esok harinya adalah 15 Oktober 1582 Gregorian.
Kalender Gregorian awalnya dipakai untuk menentukan jadwal kebaktian gereja-gereja katolik dan protestan. Namun kemudian Kalender Gregorian atau Kalender Masehi secara resmi menggantikan kalender Julian pada 1 Januari 1622 di Eropa.
2. Kalender Hijriah
Jenis kalender Hijriah atau sering disebut juga kalender Islam, ditetapkan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab pada tahun 638 H (17 H).
Kalender yang menggunakan sistem perhitungan bulan ini, menjadikan tahun di mana hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah sebagai patokan awal.
Tanggal 1 Muharram tahun 1 Hijriah bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622 Masehi. Karena sistem perhitungan kalender Hijriah mengikuti fase bulan, ada perbedaan 10-12 hari antara kalender Hijriah dengan Masehi. Kalender Hijriah lebih sedikit jumlah harinya.
Sebelum penanggalan Hijriah ditetapkan, orang-orang Arab sejak dulu sudah memiliki penanggalan yang didasarkan pada sistem perhitungan matahari dan bulan.
Namun saat itu belum dikenal penomoran tahun. Penyebutan tahun-tahun disandarkan pada peristiwa besar yang terjadi ketika itu. Seperti penyebutan tahun Gajah pada tahun kelahiran Nabi Muhammad.
3. Kalender Jawa
Kalender ini merupakan perpaduan atau modifikasi dari penanggalan Islam dengan Hindu-Budha Jawa (kalender Saka) dan Barat ( kalender Masehi). Adalah Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo, raja Mataram yang Mengeluarkan dekrit perubahan kalender Saka yang ketika itu digunakan oleh masyarakat Mataram. Konsep dasar perhitungannya mengikuti kalender Hijriah yang menggunakan sistem bulan.
Perubahan kalender Jawa dilakukan pada hari jumat Legi saat tahun baru Saka 1555. Bertepatan dengan 1 Muharram 1043 H atau 8 Juli 1633 M. Angka tahun Saka tetap dipakai dan diteruskan hingga saat ini. Dalam sistem kalender
jawa, siklus hari yang dipakai ada dua. Yakni,
- Siklus mingguan yang terdiri dari 7 hari seperti yang dikenal sekarang
- Siklus pekan pancawara yang terdiri dari 5 hari pasaran, yaitu Kliwon, Legi, Pahing, Pon, dan Wage.
Adapun nama-nama bulan jawa antara lain:
- Sura
- Sapar
- Mulud
- Bakdamulud
- Jumadil awal
- Jumadil akhir
- Rajab
- Ruwah (arwah, sabun)
- Pasa (Puwasa, siyam, ramelan)
- Sawal
- Sela (Dulkangidah, apit)
- Besar (Dulkijah)
4. Kalender Saka Bali
Kalender saka merupakan penanggalan dengan sistem matahari dan bulan (lunisolar). Era saka dimulai bertepatan pada tahun 78 Masehi atau disebut dengan penanggalan Saliwahana.
Kalender yang berasal dari India ini berkembang di Indonesia bersamaan dengan ajaran agama Hindu. Saat ini, kalender saka masih digunakan oleh sesbagian penduduk di Tengger, lereng Gunung Bromo, Jawa Timur.
Namun kalender saka di Indonesia juga dimodifikasi oleh beberapa suku bangsa dengan kearifan lokalnya. Seperti saka bali dan kalender jawa.
Kalender saka bali adalah kalender yang dibuat khusus dengan penggabungan dari semua sistem. Kalender ini digunakan dalam merencanakan hari baik (dewasa ayu) untuk pelaksanaan kegiatan keagamaan.
Nama-nama bulan dalam kalender ini antara lain: Kadasa, Jiyestha, Sadha, Kasa, Karo, Ketiga, Kapat, Kalima, Kanem, Kapitu, Kawolu, dan Kasanga.
Dalam kalender saka yang berlaku di Bali, jatuhnya bulan-bulan kabisat, tidak sama di ataa paa pengamat wariga (pengetahuan sistem kalender tradisional bali terutama dalam menentukan hari baik dan buruk dalam rangka memulai suatu pekerjaan).
Dala sejarahnya, perkembangan kalender saka bali ini diketahui dibuat di dua bagian daerah. Pertama di bagian Bali Utara yang dibuat oleh I Gusti Bagus Sugrawa.
Sedang di bagian selatan dibuat oleh I Ketut Bambang Gede Rawi berdasarkan fase bulan dan matahari.
Keduanya dibuat pada tahun 1959, karena kala itu pertama kali terbentuk lembaga keagamaan Hindu di Bali. Setelahnya, penghitungan penanggalan tersebut digabung menjadi satu kalender saka bali.
Nama hari-hari dalam kalender saka bali yakni, Radite, Soma, Anggara, Buda, Wraspati,Sukra, dan Saniscara.
5. Kalender Cina
Kalendar cina atau kalender tionghoa atau disebut juga kalender imlek ini menggabungkan sistem bulan dan matahari (lunisolar).
Kalender yang dibuat sejak 2698 SM oleh Kaisar Huang Di ini, sampai saat ini masih digunakan untuk memperingati berbagai perayaan tradisional suku Tionghoa.
Selain itu, penanggalan ini biasa dipakai mencari hari-hari baik untuk acara-acara penting seperti pernikahan, membuka usaha, pindah rumah hingga pemakaman.
Penghitungan hari dalam kalender cina dimulai dari jam 11 malam, bukan jam 12 malam. Dalam satu tahun terdapat 12 bulan.
Tetapi pada setiap 2 atau 3 tahun sekali terdapat bulan ganda (lun-gwee). Sehingga dalam setahun periode tersebut memiliki 13 bulan.
Lun-gwee ini ditambahkan ke dalam tahun imlek untuk sinkronisasi perhitungan atas pergerakan bulan dan pergerakan matahari. Terhitung ada 7 bulan kabisat yang perlu ditambahkan dalam periode 19 tahun imlek.
Bulan pertamanya sendiri, kalender cina setiap tahunnya dimulai dekat dengan titik balik matahari pada musim dingin.
Itulah 5 penanggalan atau kalender yang lazim digunakan pada sistem kalender di Indonesia. Dengan mengetahui hal ini, Anda tidak akan bingung harus mencetak kalender dengan penanggalan seperti apa.
Indonesia dengan keberagamannya membuat masyarakat sering mencetak kalender yang memuat dua hingga tiga penanggalan sekaligus dalam satu kalender.
Segera cetak kalender Anda dengan menggunakan penanggalan yang Anda butuhkan. Jika Anda membutuhkan jasa pembuatan atau cetak kalender, Mahada Indonesia siap memberikan pelayanannya untuk Anda.
Anda bisa mencetak kalender secara custom. Anda juga dapat memilih mencetak kalender custom dengan bentuk dinding maupun meja.