Tak sedikit masyarakat yang memilih makanan kaleng. Hal tersebut disebabkan makanan tersebut lebih tahan lama, mudah disimpan, mudah diolah, serta dapat dipadukan dengan berbagai sajian makanan. Meski begitu, sebagian ada pula yang meyakini makanan ini tidak baik bagi kesehatan.
Berikut tips dari Mahada Indonesia agar Anda tetap dapat menikmati makanan kalengan namun tidak sampai membahayakan kesehatan.
- Jangan terlalu sering mengonsumsi makanan kaleng.
- Memadukan makanan kemasan ini dengan bahan lain yang segar, misalnya menambah potongan sayuran saat memanaskan makanan kaleng.
- Memerhatikan kondisi kaleng saat membeli produk. Pilihlah kaleng dengan bentuk yang masih sempurna dan tidak poyek
- Mencermati kandungan atau komposisi pada label makanan kemasan.
- Memerhatikan tanggal kadaluwarsa.
- Menyimpan produk sesuai petunjuk penyimpanan yang tertera pada kemasan.
Makanan kaleng sendiri adalah sajian yang diawetkan dengan memasukkan dan menyimpan bahan pangan dalam wadah kaleng kedap udara. Metode ini sudah dikembangkan sejak abad ke-18.
Tujuannya tiada lain agar bahan makanan bagi para tentara atau pelaut di medan perang awet.
Pada dasarnya ada 3 langkah yang dilakukan dalam proses pengalengan makanan. Di antaranya yaitu,
- Bahan pangan diproses lebih dulu. Misalnya kulit dikupas, membuang biji, memotong buah, membuang duri pada daging ikan serta memotong dan menggiling daging merah. Bahan makanan ini juga ada yang telah dibumbui daan di masak.
- Bahan makanan yang sudah diproses akan dimasukkan ke dalam kaleng dan disegel agar kedap udara.
- Kaleng dipanaskan untuk membunuh bakteri yang terdapat dalam bahan makanan. Dengan ini, pembusukan makanan bisa dicegah.
Baca Juga: Inilah Efek Samping Mengonsumsi Makanan Cepat Saji
Nutrisi Makanan Kaleng
Beberapa penelitian menemukan bahwa beberapa jenis nutrisi tetap terawetkan dengan baik dalam makanan kemasan ini. Jenis nutrisi makro tidak terpengaruh oleh proses pengawetan makanan kaleng.
Seperti misalnya karbohidrat, protein, dan lemak. Demikian pula dengan mineral dan jenis vitamin yang larut dalam lemak, seperti vitamin A, D, E, serta K.
Sejumlah jenis makanan ini bahkan mengandung nutrisi lebih tinggi. Misalnya jagung dan tomat.
Bahan-bahan makanan tersebut mengeluarkan lebih banyak antioksiodan saat proses pemanasan.
Meski begitu, vitamin yang larut dalam air bisa jadi berkurang atau rusak dalam proses pemanasan kaleng, seperti vitamin B dan C.
Mengandung Jejak BPA
Sebuah penelitian di Amerika Serikat menganalisis puluhan produk makanan kalengan, dan menemukan bahwa sekitar 90 persen produk-produk tersebut mengandung BPA.
BPA atau Bisphenol-A adalah zat kimia yang umum digunakan dalam produksi kemasan makanan. Contohnya plastik dan kaleng.
Dengan begitu, otomatis orang yang mengonsumsinya akan terpapar BPA. Dalam riset lainnya, ditemukan orang yang mengonsumsi makanan kemasan setiap hari mengalami peningkatan jumlah BPA dalam urinenya.
Selain BPA, terdapat kejadian produk makanan kalengan yang rusak atau busuk sebelum dibuka memang jarang, namun bukan tidak mungkin.
Makanan kaleng yang proses pengawetan yang kurang sempurna, dapat mengandung bakteri berbahaya jenis Clostridium botulinum.
Menikmati makanan kalengan sesekali tidak masalah. Namun tetap perlu diingat bahwa semua yang berlebihan tidaklah baik, termasuk mengonsumsi makanan kalengan.(*)